Pada bumi pertiwi ini, Suara yang meletup bagaikan angin yang tak tau arah mau kemana, hanya sang penentu arah yang tahu mau kemana angin itu. Bagaimana tidak, Hal ini yang menjadi peletup suara yang kecil namun menggelegar dihati. Menggugah, bagaikan seperti ada yang menggugah jiwa yang sedang terlelap kemudian terletup oleh suara itu. Suara apakah itu?
Suara itupun saling bersahut sahutan, tidak ada yang mendengar terkecuali nisbi yang secara progresif selalu berkorelasi dengan hal itu. Jejak langkah yang terus berderap bagaikan ombak yang menerjang, Membuat semua nisbi ingin menunjukkan tajinya kepada sang angin. Derap langkah yang begitu kencang, Begitupun juga hentakan angin yang begitu beretorika dengan alam. Sinkronisasi ini amatlah jarang terjadi didunia ini. Hal inilah yang membuat sang raja bangun dari peraduanya. Tidak tahu apa yang akan dihadapi ini, Hanya angin yang bisa menjawabnya.
Angin-pun bertemu dengan sang raja, seperti pertarungan yang sangat dahsyat. Mistifikasi, Ya ini seperti sebuah mistifikasi yang membuat hal ini, seperti ini terjadi. Ternyata hanya secercah angin, Ya secercah angin yang sangat beretorika dengan alam ini ingin bertemu sang raja. Ternyata retorika alam hanya sebuah kamuflase secercah angin ini untuk bertemu sang raja. Tidak ada yang tahu kejadian selanjutnya yang terjadi dalam sebuah konferensi ini. Pertarungan pemikiran antara angin dan Raja ini menyebabkan seluruh alam mengerang. Walaupun seperti pertarungan mahadahsyat, Walaupun alam mengerang, Tetapi sang Raja dengan bijaksana menenangkan dirinya dengan alamisme yang dia miliki. Ya, akhirnya angin itu pun berhembus kembali, Sebelumnya tidak tahu arah tetapi dengan unsur nisbi alamisme arahpun dibuatnya.
2012-an |
No comments:
Post a Comment