Wednesday, May 29, 2019

Andai Aku Jadi Walikota Solo (Lomba Essay)

Andai Aku Jadi Walikota Solo

Intro
          Indonesia terdiri dari berbagai suku,agama,ras dan budaya yang tercampur dalam kebhinekaan dari warisan nenek moyang kita. Salah satu budaya Indonesia berasal dari kota Solo. Solo merupakan kota yang terletak di jawa tengah dengan ciri khas budaya onggoh-inggih (sopan santun) kental dengan monarki kerajaan solo jaman dahulu. Budaya yang sanagat hangat dengan rasa persatuan dibalut dengan bahasa yang sangat lembut membuat masyarakat sangat harmonis dalam keragaman sifat masyarakat. Saya sendiri berasal dari kota kecil di dekat kota Solo yaitu Madiun. Rumah saya sangat jauh dengan kota Madiun karena rumah saya berasal dari daerah pegunungan di kabupaten Madiun. Budaya di Madiun juga hampir sama dengan budaya di Solo karena terpengaruh dengan budaya Mataraman. Dalam bahasanya pun juga hampir sama dengan daerah saya. Bahasa jawa Solo dan bahasa jawa Madiun juga sering mengguakan krama inggil (bahasa halus keorang tua). Budaya seperti ini seharusnya di pertahankan dari masa ke masa. Tetapi dalam era digital 4.0 ini anak muda zaman sekarang mulai meninggalkan budaya tata krama ini. Hal ini dikarenakan sejak sekolah dasar anak-anak sudah dikenalkan dengan yang namanya gawai. Gawai jika digunakan anak kecil tanpa ada tujuan positif dan terarah maka akan merusak generasi penerus bangsa ini. Mereka cenderung tidak peduli dengan kehidupan sosial dan kondisi lingkungan sekitar karena asik dengan gawainya. Masalah ini merupakan masalah yang muncul karena kita tidak bisa mengendalikan apa yang telah kita hadapi secara bijaksana. Maka dari itu saya sebagai walikota Solo akan melakukan beberapa terobosan baru yang belum pernah dilakukan oleh walikota-walikota lain diseluruh Indonesia bahkan dunia. Manusia itu harus adil dalam pikiran bahkan harus adil dalam tindakannya (Pramoedya Ananta Toer,1988), maka dari itu kita harus bijaksana dalam mengambil tindakan agar tidak merugikan orang lain.

Reff
              Dalam permasalahan diatas dapat dikatakan bahwa anak muda milenial zaman sekarang sudah meninggalkan budaya yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. Anak kecil sudah di berikan gawai yang menyebabkan perilaku sosial menurun dan malah asik bermain permainan gawai sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan problem solving dari saya selaku walikota Solo. Dalam hal ini yang memiliki peran besar adalah lingkungan keluarga dan kemudian disusul lingkungan sekolah. Dari dua pendekatan ini dapat dikatakan saya sebagai walikota harus mempenetrasi budaya dalam keluarga tersebut dan kemudian penetrasi ke sekolah-sekolah. Saya sebagai walikota akan merancang peraturan walikota di Solo dengan membatasi penggunaan gawai pada anak usia sekolah 6-12 tahun. Pembatasan ini dilakukan pada hari efektif sekolah agar anak-anak bisa bermain dengan anak lain dan bersosialisasi dengan orang tua. Hal ini merupakan penetrasi untuk membuat budaya solo dalam keluarga tetap lestari.
            Kemudian untuk penetrasi kesekolah yaitu saya sebagai walikota solo akan membuat kurikulum berbasis teknologi digital 4.0 untuk memberikan informasi kepada anak-anak bahwa penggunaan gawai pada masa sekolah dasar itu tidak bagus dan membuat sopan santun dan perilaku sosial kita menurun. Guru diwajibkan memberikan pengajaran yang efektif dengan penjelasan yang interaktif dan tanpa membuat anak-anak ingin menggunakan gawai pada saat sekolah dan dirumah secara berlebihan. Selain membuat kurikulum teknologi digital 4.0 saya juga akan membuat aplikasi pemantau untuk keluarga dan sekolah. Aplikasi pemantau ini untuk memantau agar anak-anak tidak menggunakan gawai pada hari efektif sekolah dengan memanfaatkan sensor aplikasi yang berada pada gawai. Jika anak-anak menggunakan gawai diluar peraturan yang diterapkan maka gawai tersebut akan berbunyi seperti alarm dan gawai tersebut akan mati secara otomatis. Diharapkan ketika semua sistem berjalan sesuai yang telah kami rencanakan berjalan lancar maka solo akan menjadi kota barometer diseluruh Indonesia bahkan dunia. Output yang diharapkan adalah anak-anak di solo akan menjadi penemu, pemecah masalah dan pembuat alat yang berguna bagi masyarakat. Negeri yang membuat semua sama di mata hukum dan tidak membedakan-bedakan suatu golongan adalah negeri yang hanya ada di negeri utopia tetapi suatu saat negeri itu akan ada (Pramoedya Ananta Toer,1988).


Sumber Pustaka:
Pramoedya Ananta Toer.1988.Tetralogi Buru.Lentera Dipantara.Jakarta

No comments:

Post a Comment